Bikin Dapur Lebih Nyaman

Hai teman-teman,

Saya mau berbagi cerita tentang dapur. Bagi saya sendiri, dapur adalah bagian rumah yang paling penting. Kenapa penting? Karena dapur adalah sumber kehidupan. Dari situlah berbagai makanan untuk tubuh kita diolah. Istilahnya, dapur adalah sumber rejeki kita. Nah, supaya sumber rejeki tetap lancar, maka kita usahakan supaya tempat ini menjadi tempat yang nyaman.

Istilahnya, dapur adalah sumber rejeki kita. Nah, supaya sumber rejeki tetap lancar, maka kita usahakan supaya tempat ini menjadi tempat yang nyaman.

Waktu membeli rumah ini, desain awal meja dapur ada di dalam area rumah. Namun, karena bisa custom, saya minta meja dapurnya diletakkan di luar ruangan bangunan saja. Kebetulan di bagian belakang rumah masih ada space tanah yang agak luar. Jadi saya pikir, dapur nanti diletakkan di luar saja. Intinya, dapur kita buat supaya jadi semi outdoor.

Selang waktu setelah renovasi dan kami menempati rumah baru ini, dapur juga sudah ready. Pengennya, dapur kami desain industrialis. Kayak keren dan kuat gitu kesannya. Kesan strong itu menandakan bahwa, dapur itu harus kuat menahan banyak ‘beban’ dalam memasak.

Pernah masak kan? Pasti tau banget, yang Namanya memasak pasti membuat dapur itu menjadi kotor. Entah itu dari asap masakannya (apalagi kalau masak bakar-bakaran ya), cipratan minyak, bekas tumpahan-tumpahan bahan makanan. Nah, hal-hal itu yang harus kita pertimbangkan dalam memasak. Daaaaan parahnya adalah: saya sendiri kurang begitu suka membersihkan dapur. Karena capek… wkwkwkw… dibersihkan, pasti kotor lagi. Sehingga kami buat supaya material dapur dan desain dapur itu tidak membuat banyak kotoran yang susah dibersihkan.

Berikut beberapa tips dari saya supaya bisa membuat dapur untuk keluarga yang mudah dibersihkan (ini khusus buat yang males bersihin dapur):

  1. Meja dapur lapisan Granit. Granit itu mudah dibersihkan kalau ada tumpahan bahan masakan. Dan sela-sela nat granit dibuat sangat tipis. Sehingga kotoran di nat pun gampang membersihkannya.
  2. Tidak ada tembok di belakang kompor. Salah satu hal yang bikin saya males adalah membersihkan kompor dan tembok belakangnya. Ini terjadi waktu di kontrakan. Nah, rumah yang baru ini saya buat, supaya belakang kompor bukan tembok. Tapi saya bikin gantungan rak alat masak aja. Jadi lebih berfungsi.
  3. Lantai acian expose. Jadi lantainya ini adalah lantai acian. Kalau kotor, ya gapapa… Malah jadi natural. Hahaha… Jadi ga harus ngepel tiap hari karena ada cipratan minyak. Dipelnya bisa sebulan sekali aja… itupun juga bisa langsung bersih. Jadi kalau ke dapur, memang harus pakai sandal. Biar ga kotor aja.
  4. Sirkulasi terbuka. Dapur semi outdoor membuat kita ga perlu pakai exhaust. Jadi asap yang muncul langsung mak wussss.. Hilang diterpa angin. Udara di dapur juga jadi ga pengap. Masaknya juga ga gerah. Beda banget sama kontrakan kami yang dulu, masak mie rebus aja udah kerigetan. Hihihihi..

Nah, itu dia teman-teman. Mohon maaf, saya emang kurang suka bersih-bersih dapur. Jadi desain dapur dibuat senyaman mungkin untuk ukuran kami. Oh iya… ini yang dimaksud adalah dapur kotor ya. Semoga mengispirasi…

Anak Kita Titipan Tuhan

Rasanya, belum lama saya mendengar Krisdayanti dan Anang menyanyikan lagu “Timang-timang… anakku sayang…” di acara Nuansa Musik di RCTI. Sekarang, putri mereka Aurelie Hermansyah sudah dilamar oleh Atta Halilintar, youtuber populer di kalangan anak muda. Waktu serasa cepat berjalan. Anak yang selama ini mereka besarkan… tiba-tiba sudah memasuki tahapan pernikahan dalam hidup mereka.

Hidup memang cepat berlalu. Saya juga tiba-tiba kaget bahwa blog ini sudah berusia lebih dari 10 tahun. Bahkan banyak cerita yang tak sempat tertulis di blog ini, salah satunya adalah soal anak. Tak lama setelah menikah, beberapa bulan kemudian istri saya, Kristi, hamil. Saat saya menulis tulisan ini, putra kami, Dhyas, sudah berusia 3,5 tahun.

Waktu memang terus berlalu. Menikah. Memiliki Anak dan nantinya harus melepas serta memberikan restu pada anak ketika putra/putri kita akan melanjutkan ke tahap kehidupan pernikahan. Dan pastinya, kami berdua akan bertambah tua.

Merawat dan mendidik anak bukanlah hal yang mudah. Kami adalah orang tua baru, yang tentunya masih banyak belajar dari senior. Pastilah semua orangtua ingin memberikan yang terbaik untuk anaknya (menurut orangtuanya). Namun perlu disadari juga, dunia ini juga bergerak begitu cepat. Ilmu juga semakin berkembang. Perubahan teknologi semakin tidak bisa dikejar oleh banyak manusia.

Tidak bisa dibayangkan, dulu masa kecil saya tak ada youtube. Sekarang semua informasi berbentuk video bisa diakses darimana saja. Bahkan si kecil Dhyas pun sudah menjadi fans banyak youtuber cilik.

Saya dan Dhyas saja gap perbedaannya luar biasa. Apalagi perbedaan masa kecil orangtua saya dengan Dhyas. Gap-nya benar-benar jauuuuh. Maka seringkali selalu muncul perbedaan dalam penerapan didikan untuk anak antara Saya dan Orangtua saya. Eyang Kakung atau putrinya mengharapkan demikian, tapi saya dan istri berharapnya demikian.

Banyak hal yang senantiasa baru. Yang harus dipahami oleh orangtua seperti saya. Baik soal kesehatan anak, pendidikan anak, teknologi untuk anak. Dan harus dipahami, bahwa apa yang kita pelajari saat ini, akan cepat berlalu dan tergantikan dengan yang baru. Jadi sebagai orangtua, harus selalu rajin-rajin menyerap informasi yang tepat untuk mendidik dan merawat anak.

Berikut beberapa cara saya, supaya kita sebagai orang tua bisa merawat dan mendidik anak dengan baik di jaman yang serba canggih ini. Mungkin poin-poin berikut ini adalah hal yang biasa. Tapi saya ingin mengingatkan lagi, supaya kita selalu ingat, bahwa anak kita membutuhkannya.  

  1. Jadi Role Model. Orangtua adalah panutan. Kalau anak tidak mau mainan HP ya jangan mainan HP di depan anak. Sesimple itu. Ya mana bisa? Lha kita aja nyuruh anak kurangi main HP, tapi kita sendiri cek Instagram, chat group di WA yang ga penting, cuci mata di Shopee, ya sama aja. Kalau anak kita ingin rajin beres-beres, ya kita sendiri juga harus rajin beberes.
  2. Mendampingi. Ya terus saja dampingi selama kita bisa. Dampingi nonton TV, Dampingi main HP, Dampingi dia main. Ga ada waktu Kak? Pasti ada! Saya yakin.
  3. Berkomunikasi terus menerus. Sedih, marah, kecewa, Bahagia. Semua perlu dikomunikasikan. Supaya anak juga bisa menata hatinya. Orangtua berhak menerapkan dan menegakkan aturan, tetapi orangtua juga wajib menjadi pendengar.
  4. Challenge bersama. Dalam banyak hal, anak juga butuh tantangan. Supaya ada jiwa kompetisi yang sehat. Sehingga dia tau yang namanya perjuangan dan hasil. Dia akan tau hasil yang baik dan hasil yang kurang baik. Misalnya, tantangan membersihkan rumah bersama. Beban jangan hanya ada pada anak, meski kita lelah setelah bekerja, kitapun juga harus menjalankan tantangan itu. Kan kita jadi role model.
  5. Asuransi dan Proteksi. Untuk anak di era modern jangan main-main juga terhadap masa depan. Berikan sepenuhnya perlindungan diri. Penyakit jaman sekarang udah macem-macem. Pendidikan juga sudah pasti butuh duit banyak. Nah, persiapan terhadap kesehatannya dan pendidikannya adalah salah satu cara menjawab tantangan untuk merawat anak di masa modern ini.  
  6. Bersosialisasi. Anak memang paling seneng kalau ada temannya. Sementara, gadget seringkali mengubah pertemanan fisik menjadi pertemanan maya. Apalagi di masa pandemi ini. Nah, kita perlu memanfaatkan gadget untuk tetap bersosialisasi. Tidak hanya sekedar menjadi penonton, tetapi anak juga bisa berlatih berbicara, berkreasi dengan temannya dan mencurahkan ide atau gagasan permainan dengan temannya.
  7. Berdoa bersama. Yang ini adalah action untuk saling menguatkan. Biar kita juga kuat dan sabar untuk jadi orangtua. Dan anakpun juga semakin mengenal Tuhannya dengan baik. Kita sebagai orangtua bertugas mendekatkan anak-anak kita pada Tuhan. Supaya kehidupannya penuh dengan welas asih.

Kira-kira itu sih teman-teman. Mungkin masih ada hal lain lagi, silakan ditambahkan teman.

Udah ga kebayang lagi, gimana nanti kalau Dhyas minta ijin buat nglamar ceweknya. Atau mungkin jika diberikan kesempatan lain, Dhyas minta ijin Papa Mamanya untuk melanjutkan pendidikan calon imam. Kita tidak tau nanti ke depannya. Yang jelas, anak kami harus bisa tumbuh dalam kebaikan hidup. Supaya hidupnya berarti. Baik untuk dirinya sendiri, maupun untuk orang-orang yang ada di sekitarnya.

Amin.

Mencari Rumah yang Tepat untuk Keluarga (Bagian 2)

Halo teman-teman,

Saya mau lanjutin lagi menulis tentang mencari rumah yang tepat untuk keluarga. Bisa jadi setiap orang berbeda. Tapi ini yang keluarga kami rasakan. Jadi mudah-mudahan tulisan lanjutan ini juga berguna bagi kawan-kawan semua.

Kalau bagian pertama sudah ngomongin budget, lokasi, akses dan pengembang, di bagian kedua ini saya share terkait dengan detail yang dipikirkan dengan rumah baru. Bagian kedua ini adalah bagian terakhir. Ada 4 hal yang harus diperhatikan.

SUMBER AIR. Percaya kan kalau air sumber kehidupan? Pastilah ya… Nah, ini juga perlu dicek untuk calon rumah barunya. Sumber air mendukung atau tidak. Memastikan bahwa sumbernya bagus dan memiliki supply yang banyak. Caranya ya bertanya di sekitar perumahan, airnya bagus atau tidak. Sumber airnya darimana. Kebetulan juga rumah saya ada di sebelah tandon air yang besar. Logika sih harusnya sumber air melimpah di tanah ya. Kalau di perumahan yang saya pilih memang airnya bor sendiri, jadi pakai mesin pompa air. Kemudian disimpan di tangki air di lantai atas. Hanya saja saat ini, kadang air cepat berkarat. Jadi kamar mandi jadi cepat kotor.

FASILITAS PENDUKUNG. Setiap pengembang biasanya berlomba-lomba menawarkan fasilitas pendukung. Baik fasilitas yang ada di dalam area perumahan (sport center, community center, tempat ibadah, dll) maupun fasilitas layanan publik yang ada sekitar rumah (minimarket, pasar, sekolah, dll). Kalau pengalaman kami terkait dengan fasilitas yang terutama adalah fasilitas yang mendukung keamanan tempat tinggal, kemudian barulah fasilitas pemenuhan kebutuhan pokok, sarana beribadah dan Pendidikan. Kebetulan kalau di tempat saya, relatif dekat semua. Untuk sekolah dan pasar, mungkin sekitar 3 km.

DESAIN. Kebayang banget kalau punya rumah baru, pengen bentuk rumahnya yang agak kekinian. Trus oke banget buat dilihat. Sayangnya, ga semua developer mengijinkan desain dan denah rumahnya berbeda-beda. Beruntungnya, di tempat saya desain dalamnya boleh bebas sesuai pilihan customer. Hanya Fasad (tampak muka) saja yang harus sama. Tapi lagi-lagi ingat di tulisan saya yang pertama. Semakin desainnya kompleks, bisa saja kita harus nambah biaya. Budget adalah nomor 1 lho… Jadi kalau untuk desain adalah: 1) sesuaikan desain rumah untuk fungsinya dengan memaksimalkan budget yang ada 2) Jika tipenya adalah rumah tumbuh, ya siapkan saja beberapa hal yang membuat renovasi nantinya ga terlalu effort. Misalnya kalau saya, saya berencana mau menambah kamar di lantai 1. Duit belum ada, tapi saya punya jatah 1 pintu. Ya saya bikin dulu aja pintunya ke arah kamar yang saat ini masih jadi taman. Hehehe… Diakali gimana caranya, supaya ga nambah biaya, tapi bisa efektif.

BAHAN BANGUNAN. Rumah kan produk yang tidak digunakan sehari-dua hari. Rumah itu bisa tahunan, puluhan tahun, dan bisa jadi ratusan tahun lho. Sehingga rumah harus kuat. Salah satu faktor kuat adalah bahan bangunannya. Cek setiap bahan bangunan yang dipakai: kusen, atap, dinding bata, keramik, dll. Jangan sampai, bahan bangunan kurang bagus, ke belakangnya kita sendiri yang rugi. Kalau masa retensi dari developer sudah habis, kan kita sendiri yang harus menanggung perbaikan. Jadi lebih baik kita cek bahan bangunan yang diberikan developer atau yang kita pilih untuk rumah kita.

Nah, teman-teman. Itu tadi sekilas cerita saya di bagian 2 untuk memilih rumah. Seru banget sih kalau milih rumah itu. Kami bukan yang sekali dua kali ngliat rumah. Tapi bener bener berkali-kali melihat dan milih rumah di lokasi yang memang ingin kami sasar.

Dan ketika sudah nemu yang pas di hati, aduh… itu rasanya kayak semakin mantap. Apalagi kalau sudah pas Akad KPR ya. Rasanya lega… Meskipun masih ada utangnya… Hehehe… Tapi sebagai keluarga, saya mengalami sendiri bagaimana tinggal di kontrakan. Setelah punya rumah baru… hadeuh… lega banget.

Mudah-mudahan buat temen-temen yang udah pengen banget punya rumah, bisa disegerakan. Dilancarkan rejekinya, biar bisa punya rumah sendiri. Meski masih single, punya rumah sendiri juga kebanggaan kok.

Doanya diaminin aja ya.

Mencari Rumah yang Tepat untuk Keluarga (Bagian 1)

Hai teman-teman,

Seperti janji saya sebelumnya. Saya ingin berbagi tentang mencari rumah untuk kami. Saya akan share sedikit apa yang kami alami dalam memilih rumah.

Mungkin bukan tips, tapi lebih cenderung ke beberapa hal penting yang perlu kita pikirkan dalam mencari rumah. Berikut hal-hal yang kami pertimbangkan dalam mencari rumah:

BUDGET. Ini yang utama dan terutama. Dan kita harus realistis dengan apa yang bisa kita lakukan. Kami memikirkan betul, kira-kira di budget berapa rumah yang mampu kita beli lewat KPR. Artinya, sudah mulai ngitung-ngitung KPR. Karena kami mampunya juga pembelian dengan KPR Bank. Apakah 300 juta, 500 juta. 1 M. Atau 2M?

Nah, disinilah titik balik kita baru mencari lain-lain. Mohon poin ini di skip saja, kalau misalnya temen-temen udah ada duitnya. Atau yang bener-bener mikir bahwa “pasti semua ada jalan dan rejekinya…”. Bener sih, tapi memikirkan rejeki itu darimana juga penting. Minimal rejeki buat nutup DP.

LOKASI. Setelah tau kira-kira budget segitu. Tentukan lokasi mana yang pas untuk kita. Karena kami tinggal di Jakarta. Kami merasa tak mungkin bagi kami untuk memilih Jakarta sebagai tempat tinggal. Kalaupun sesuai budget, pasti lokasi kurang pas buat kami yang keluarga kecil ini. Bisa jadi tempatnya nylempit atau masuk-masuk gang. Maka kami memilih kota-kota penyokongnya. Setelah memilih apakah mau di: Depok, Bogor, Tangerang Selatan, Tangerang, Bekasi…. Kami memilih Tangerang Selatan dengan akses Kereta, Pintu Tol, dan rencana MRT yang semuanya bisa kita akses hanya 2 km dari rumah.

PENGEMBANG RUMAH. Pengembang itu penting, karena dari situ kita bisa tau, apakah mereka ini beneran atau tidak. Tipu-tipu atau jujur. Saat ini, rumah kami bukan dikerjakan oleh pengembang besar, namun sudah memiliki record dalam proyek pengembangan rumah. Dan dari sisi Bank pun juga memiliki kepercayaan terhadap pengembang ini. Jangan sampai setelah udah deal / bayar DP ternyata terjadi tipu-tipu. Teman-teman juga boleh memikirkan juga, kalau misalnya mau bangun sendiri (tanpa pengembang karena mungkin juga rumah tidak di perumahan). Pasti ada plus minusnya.

AKSES RUMAH. Sebeneranya terkait juga dengan yang nomor 3. Kalau nomor 3 lebih ke, mau di daerah mana. Tapi kalau nomor 4 ini, saran saya adalah lihat betul akses ke rumahnya mudah atau tidak. Kami pernah hampir memilih 1 rumah yang sebenernya kalau kita lihat aksesnya cukup dekat. Karena ketika kami berikan tanda jadi, kami hanya melihat via online. Tanpa melihat titik lokasinya betul. Setelah tau aksesnya… bener sih cuma lurus, tapi jalan rayanya mengecil dan memanjang. (dan macet pula).

Jadi perhatikan betul mengenai akses ke rumah. Apakah bisa diakses juga dengan 2 mobil, Apakah terjangkau dengan transportasi umum. Kalau saya kerja di Jakarta sedangkan rumah di TangSel, kira-kira akan berapa lama saya berangkat. Berapa biaya yang akan dikeluarkan untuk transportasi hariannya.

Kira-kira empat itu dulu ya teman-teman. Nanti kita sambung lagi.

Tapi intinya kalau beli rumah itu memang harus didatangi langsung. Boleh sih kita cari-cari info di event pameran atau cari online. Tapi agar sreg dan pas, kita perlu datangi sendiri. Sampai kita sendiri merasa sreg dan dalam hati “Enak nih tinggal di sini…”.

Gitu yak…

Cerita Rumah Kami

Setelah tinggal di rumah baru, semua berbeda. Amat berbeda ketika di rumah kontrakan. Apalagi kami benar-benar hanya bertiga. Saya, Kristi dan Dhyas (3,5).

Sejak pindahan kami di akhir Juni 2020, hingga posting ini muncul di blog saya, ternyata masih banyak barang yang belum dibuka dari kardusnya. Artinya sudah 9 bulan kami tempati. Saya sudah bilang ke Kristi, kalau dalam masa 1 tahun kardus / boks tidak dibuka, artinya kita memang tidak membutuhkan barang tersebut. Siap-siap akan diberikan ke orang lain.

Foto Pindahan Kami. Ini hari pertama kami tinggal di rumah baru

Apa yang berubah?

  1. Kami jadi sering berbenah dan beberes. Kalau di kontrakan, malas rasanya. Mengapa? Karena merasa bukan rumahnya? Kalau di rumah sendiri, kita selalu berpikir untuk membuat rumah selalu nyaman. Karena rumah adalah tujuan kita setiap hari. Pulang dan tinggal dengan nyaman adalah impian.
  2. Jadi berpikir untuk menambah fungsi ruangan. Dulu kalau di kontrakan, dapur ya dapur. Sekarang, dapur kami usahakan, semaksimal mungkin bisa jadi tempat eksperimen untuk makanan-makanan baru, bisa jadi tempat meletakkan alat-alat masak yang rapi, bisa jadi tempat ngobrol yang menyenangkan bersama keluarga.
  3. Lelah cepat hilang. Percayalah, kalau di rumah sendiri, letihnya bekerja di luar sana akan cepat lenyap. Kenapa? Karena kita percaya bahwa rumah adalah tempat paling aman yang kita miliki, paling bisa menerima kita apa adanya. Meskipun kaki pegal dan badan letih, tapi kalau pulang ke rumah sendiri, semua akan cepat teratasi.
  4. Rumah baru menuntut kedewasaan bertetangga. Kontrakan juga ada tetangga. Tapi tetangganya mungkin juga tidak permanen. Bisa berganti-ganti. Tetapi dengan rumah sendiri, tetangga kita relatif permanen. Kita dituntut untuk bisa bersosialisasi dan bertetangga yang baik. Saling peduli dan menjaga. Berhubungan baik, karena akan jadi ‘keluarga’ paling dekat yang bisa membantu kita sewaktu-waktu. Kalau bisa, hobinya samaan. Jadi bisa melakukan hobi bersama-sama.
  5. Lebih lega dan lebih leluasa. Kebetulan memang kontrakan yang dulu tidak besar. Luas tanah mungkin hanya 60-an Dengan 2 kamar tidur. Tapi area umum adalah area berbagi lahan. Lahan parkir dan lahan bermain. Kebetulan rumah yang sekarang, kami diberikan kesempatan bisa mendapatkan rumah dengan luas hampir 100 m2. Plus ditambah dengan jalan depan yang lebar tanpa ada tetangga depan. Dhyas bisa lari-larian. Main sampai ke belakang. Lebih lega aja rasanya.
  6. Rumah baru membuat mimpi baru. Pasti kalau udah ada rumah baru, pengennya begini begitu. Supaya bisa maksimal. Nah, dengan adanya rumah baru kita jadi bisa membangun mimpi. Energi kita disalurkan dan diusahakan untuk mewujudukan mimpi itu. Sehingga kita menjadi semakin semangat berkarya dan berusaha. Energi ini terasa sekali, apalagi saat setiap kita bangun pagi. Rasanya selalu berbeda.

Nah, begitulah teman-teman, suasana yang berbeda ketika kami tinggal di rumah yang baru. Mudah-mudahan yang membaca ini, menjadi semakin semangat untuk memiliki rumah baru. Semoga dimudahkan semua rejekinya untuk mendapatkan rumah baru.

Nanti saya juga akan cerita, bagaimana proses kami mendapatkan rumah yang kami tinggali ini. Sampai jumpa di tulisan berikutnya.

Saya Kembali

Halo pembaca,

Saya kembali. Sudah lama sekali tidak mengisi blog ini. Salah satu alasannya adalah karena sudah malas sekali menulis. Padahal saya masih punya banyak waktu. Namun entah mengapa kebiasaan menulis ini mulai menurun.

Tulisan terakhir saya ada di tahun 2017. Artinya udah 4 tahun tidak terisi.

Baiklah kalau begitu. Supaya otak kita kembali terbiasa dengan rangkaian kata, pilihan diksi dan memasang tanda baca, kita awali lagi dengan menulis.

Saya akan memulai tulisan-tulisan yang ringan dulu aja ya. Ga sanggup dengan tulisan yang berat-berat. Ya minimal 1 minggu sekali kita bisa mengisi konten ini. Mudah-mudahan tulisannya juga berguna. Terima kasih ya.

Menghadapi Sebuah Pilihan yang Sulit

10295056_10152362366448996_2867761502159881401_oDalam menapaki perjalanan hidup, kita seringkali dihadapkan pada pilihan-pilihan yang tidak biasa. Pilihan hidup yang mungkin bisa membuat kita galau berhari-hari. Memikirkannya saja bisa membuat kita tak bisa tidur, makan tak enak atau merasa enggan bertemu dengan orang lain. Kita dihadapkan pada keadaan yang tidak pasti dan harus memutuskan pilihan mana yang nanti tepat untuk kehidupan kita selanjutnya. Pernah merasakannya juga?

Yang pasti dalam kehidupan ini adalah ketidakpastian itu sendiri. Manusia seperti kita, pasti akan mencari kepastian hidup yang tentunya kita yakini sebagai sebuah hal yang menggembirakan bagi hidup kita. Lalu, jika ketidakpastian itu ada dalam diri kita (dan akan selalu ada), mengapa harus mencemaskannya? Hal ini terjadi karena sifat manusia yang selalu ingin segala sesuatunya pasti, clear dan memudahkan kehidupannya. Uncertainty Reduction Theory. Manusia akan berusaha mengurangi ketidakpastian dalam hidupnya. Manusia cenderung akan memilih yang pasti-pasti saja.Lanjutkan membaca “Menghadapi Sebuah Pilihan yang Sulit”

8 Pertanyaan Paling Banyak untuk Pengantin Baru

WeddingBulan Juli 2016 lalu kami melangsungkan pernikahan. Betapa bahagianya bisa menikmati kehidupan baru sebagai sepasang suami-istri. Dalam acara pernikahan sendiri, seringkali kita bertemu dengan para tamu undangan. Esoknya, ketika kita sudah mulai menjalani aktivitas rutin di kantor, di masyarakat dan di komunitas kita tinggal, para pengantin baru (khususnya ya kami ini…. ) seringkali diserbu oleh berbagai pertanyaan. Berdasarkan pengalaman kami, pertanyaan apa saja yang diutarakan orang-orang di sekitar kami?

  1. Gimana rasanya?

Kalau pertanyaannya seperti ini, pasti kami jawab: “Legaaaaa….”. Ya gimana ga lega, dengan urutan acara yang menghabiskan waktu berhari-hari, dengan persiapan berbulan-bulan yang harus kami detailkan, dengan keribetan yang sangat menghabiskan tenaga dan pikiran, akhirnya selesai juga seluruh rangkaiannya.  Kebetulan kami berdua sangat puas dengan acara akad (sakramen pernikahan) kami di Jakarta dan resepsi di Solo. Walaupun ada jeda 2 minggu dari acara itu, kami sebenarnya justru lebih merasa berdebar-debar tak terkira, bahkan di puncak-puncak acara 2 event besar kami ini.  Pada akhirnya semua selesai… syukurlah… fiuhhh… bisa bernafas dengan normal kembali.  Jadi… disitulah letak kelegaan kami berdua…Lanjutkan membaca “8 Pertanyaan Paling Banyak untuk Pengantin Baru”

Dibalik MELAMAR

Hola!,

Awal tahun baru ini, tepatnya di tanggal 2 Januari 2016 pukul 16.30, stasiun televisi NET TV menyiarkan acara reality show MELAMAR dengan edisi Saya dan Kristi. Banyak yang bertanya kepada kami, bagaimana bisa masuk tipi? Hihihi… Baiklah… akan dijawab…

Tapi kalau ada yang belum lihat tayangan acara MELAMAR, silakan dilihat dulu:

INI PART 1

INI PART 2

INI PART 3

Bagi pasangan yang bersepakat untuk melanjutkan jenjang pernikahan, biasanya ada acara bakar sate lamaran. Tidak semua sih… ini hanya biasanya saja… Daaaan sering kita mendengar cerita tentang lamaran-lamaran romantis dari seorang lelaki kepada perempuan pasangannya. Romantis itu memang relatif, tergantung bagaimana kita merasakannya. Betul kan? Setiap pasangan memiliki definisi romantis yang berbeda-beda. Dan pada umumnya, wanita suka dengan hal-hal berbau romantis seperti ini. Umumnya lho… tapi memang ada yang tidak umum.Lanjutkan membaca “Dibalik MELAMAR”

Tentang Antusiasme Bekerja

Pada pertengahan 2015 lalu, saya naik pesawat Malaysia Airlines menuju Kuala Lumpur. Seperti yang kita tahu, perusahaan maskapai penerbangan Malaysia (waktu itu) tengah dirundung persoalan pelik. Setelah kasus pesawat MH370 dan MH17, perusahaan ini semakin terpuruk karena beban keuangan yang (sepertinya) sangat sulit diselesaikan.

Persoalan ini berdampak juga pada pilihan calon penumpang untuk memilih Malaysia Airlines sebagai maskapai penerbangan mereka. Keadaan semakin menyulitkan perusahaan ini untuk bisa bangkit. Citranya buruk di mata publik karena peristiwa beruntun yang mendera perusahaan ini.

Kembali ke pengalaman saya terbang bersama Malaysia Airlines. Ketika mulai dari check in di bandara, saya mulai memperhatikan bagaimana karyawan-karyawan maskapai penerbangan ini memberikan layanan kepada customernya (termasuk saya), di tengah kondisi perusahaan yang seperti itu.Lanjutkan membaca “Tentang Antusiasme Bekerja”